Terkadang, Menjadi Dewasa Itu Menyebalkan

Menjadi dewasa, ternyata tak seindah yang saya bayangkan waktu kecil dulu. 
Ternyata setelah resmi berstatus dewasa, saya justru sering merasakan kegalauan yang teramat sangat. Banyak momen dimana saya berpikir bahwa menjadi dewasa itu benar-benar menyebalkan, hingga tak jarang terbersit keinginan untuk kembali menjadi anak kecil lagi. Apa kamu juga begitu? 😂 
Mengapa menjadi dewasa itu kadang bisa sangat menyebalkan? Karena…

=> Teman semakin sedikit

Coba hitung, ada berapa teman waktu kamu masih sekolah dulu? Pasti banyak, kan? Belum lagi ditambah teman les, teman yang rumahnya sebelahan, teman ngaji, dan masih banyak lagi. Bandingkan dengan sekarang. Saya yakin setengah mati kalau temanmu sudah banyak berkurang.



=> Semakin dewasa kita, akan semakin sedikit teman di dekat kita.

Saya pun demikian. Saya yang seorang pendiam ulung ini, sekarang hanya punya lima teman yang benar-benar teman. Tiga asli manusia, satu laptop, dan satu lagi smartphone kesayangan. Kedengarannya ngenes ya? Tapi memang seperti itu kenyataannya. Kamu, saya yakin juga sama.

=> Harus bayar tagihan sendiri

Bagi saya, tak ada yang lebih menyebalkan dari membayar tagihan. Bayangkan, saya kerja mati-matian sebulan penuh, tapi setiap tanggal 5 sudah harus ngirit total karena harus membayar tagihan ini-itu. Kalau kamu, apa hal ini juga menjadi salah satu kewajiban yang harus kamu tanggung sendiri?
Awal bulan sudah sama seperti tanggal tua? Biasa…

 Acara keluarga

Jujur, saya memang kurang suka ketika harus ngumpul di acara keluarga. Bukan acara keluarga di rumah, tapi yang level-nya keluarga besar. Karena di acara itu, isinya pasti tidak jauh dari pamer prestasi anak-anak, pencapaian hasil kerja, dan bla bla bla yang membuat sayang ingiin cepat pulang.


Namanya juga acara keluarga, jadi wajar kalau banyak yang ‘membicarakan’ keluarga masing-masing.

Di acara keluarga itu juga, saya yakin di antara kamu ada yang phobia oleh beberapa pertanyaan legendaris yang bunyinya kira-kira “kapan lulus?” “kapan nikah?” “kapan punya anak?” “kapan.. kapan.. kapan…?” Seolah bagi mereka, hidup ini hanyalah tentang mempertanyakan kebelumpastian.

Tanggung jawab

Orang dewasa tidak boleh berpakaian seenaknya, berperilaku seenaknya, dan ngomong seenaknya. Orang dewasa memikirkan orang lain dulu, baru dirinya sendiri. Orang dewasa harus siap berkorban. Orang dewasa tidak boleh ngambek ketika punya masalah. Siap atau tidak siap, harus siap.


Menjadi dewasa, berarti harus siap menanggung banyak tanggung jawab.

Orang tua

Ini mungkin menjadi hal yang paling menyebalkan dari kita, orang-orang dewasa. Seiring bertambahnya usia kita, orang tua kita juga bertambah tua. Berbeda dari empat hal menyebalkan di atas, hal menyebalkan yang satu ini, kita benar-benar tidak punya kemampuan untuk memperbaiki.


Usia orang tua kita mustahil bisa dimudakan lagi. Ini, benar-benar menyebalkan.

Teman bisa dikunjungi, uang bisa dicari, acara keluarga bisa diabaikan, tanggung jawab bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tapi usia orang tua, kita tidak bisa mengembalikannya. Karena itu, saya selalu berusaha untuk bisa menghabiskan waktu sebaik-baiknya bersama orang tua saya.


Ya, kadang menjadi dewasa memang benar-benar menyebalkan. Bertambah tua itu pasti, dan menjadi dewasa adalah sebuah pilihan. Tapi membayar tagihan, tidak pernah mengenal dewasa atau bertambah tua. Menyebalkan, kan?

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Bahasa Thailand Dasar

Contoh Perkenalan diri dalam Bahasa Russia

BELAJAR BAHASA RUSIA " otodidak " BAGI PEMULA